KEBUDAYAAN DAERAH MALUKU UTARA
KOLOLI KIE
Sumber : (http://ternate.wordpress.com/)
Setiap penduduk asli di pulau Ternate di Provinsi Maluku Utara pasti pernah mendengar dan tahu arti dari kata “Kololi Kie” yaitu sebuah kegiatan ritual masyarakat tradisional untuk mengitari atau mengililingi gunung Gamalama sambil menziarahi beberapa makam keramat yang ada di sekeliling pulau kecil yg memiliki gunung berapi ini.
Sejarah KOLOLI KIE
Menurut
sejarawan terkenal Leonard Andaya (dalam Reid,
1993: 28-29), bahwa ancaman berupa bencana alam yang ditimbulkan oleh
sebuah gunung berapi terkadang dapat melahirkan satu tradisi yang khas.
Beberapa kawasan di Asia Tenggara, termasuk di daerah Maluku Utara, gunung
terutama gunung berapi aktif dianggap sebagai representasi penguasa alam.
Oleh
sebab itu, keberadaan gunung selalu dihormati dengan cara melakukan beberapa
ritual tertentu. Sebuah gunung dianggap mewakili sosok yang mengagumkan
sekaligus mengancam, sehingga diperlukan upacara penghormatan supaya
keberadaannya menjamin ketentraman, keamanan, dan keberadaan masyarakat di
sekitarnya. Demikian menurut Leonard Andaya.
Dalam
perspektif ini, ritual adat kololi kie ini memiliki makna ganda selain
merupakan tradisi yg selalu dilakukan leluhur jaman dahulu untuk menjiarahi
beberapa tempat yang dianggap keramat juga merupakan upaya untuk menjauhkan
masyarakat Ternate dari berbagai ancaman bencana dari gunung berapi Gamalama
tersebut. Hal seperti ini juga terjadi di beberapa gunung di pulau Jawa,
Sumatera dan tempat lain di nusantara ini.
Dalam
perspektif ini, ritual adat kololi kie ini memiliki makna ganda selain
merupakan tradisi yg selalu dilakukan leluhur jaman dahulu untuk menjiarahi
beberapa tempat yang dianggap keramat juga merupakan upaya untuk menjauhkan
masyarakat Ternate dari berbagai ancaman bencana dari gunung berapi Gamalama
tersebut. Hal seperti ini juga terjadi di beberapa gunung di pulau Jawa,
Sumatera dan tempat lain di nusantara ini.
Pulau
Ternate jika dilihat dari aspek topografis, berbentuk
bulat kerucut (strato vulkano) yang luasdiagonal pulau kecil
ini dari arah utara ke selatan sepanjang 13 km dan dari arah barat ke
timur sepanjang 11 km, dengan panjang bibir pantai keliling pulau kurang lebih
55 km dengan bentanganluas seluruh daratan pulau adalah 92,12 km2.
Dengan
kondisi geografis demikian, maka sudah pasti bahwa jika kita mengelilingi “gunung
Gamalama” haruslah dilakukan dengan mengelilingi pulau Ternate
tersebut. Terdapat dua jalur untuk mengelilingi pulau kecil ini, yakni
melalui jalur laut (kololi kie toma ngolo) dan atau
melalui jalur darat (kololi kie toma nyiha). Gunung Gamalama
merupakan satu-satunya gunung yang bertengger di pulau tersebut yang hingga
saat ini masih merupakan gunung berapi aktif dengan ketinggian saat ini kurang
lebih 1.730 m dari permukan laut
PENGERTIAN
& MAKNA FILOSOFI
Secara
etimologi, kata “Kololi Kie” berasal dari bahasa asli
Ternate yakni gabungan dari dua kata, yaitu ; kata “” yang berarti keliling
atau mengintari dan kata “kie” yang berarti gunung, pulau, darat
atau juga berarti daratan. Jadi, pengertian kata Kololi Kie secara umum
bermakna; kegiatan mengitari atau mengililingi pulau/gunung. Ada istilah lain
yang mempunyai arti serupa yang juga populer di masyarakat Ternate terhadap
kegiatan kololi kie ini, yaitu “Ron
Gunung“.
Ritual kololi kie ini sudah dilakukan
oleh masyarakat Ternate sejak ratusan tahun lalu. Ritual adat ini
merupakan salah satu dari dua ritual tertua yangdianggap satu paket,
yakni ritual “Fere Kie” yaitu kegiatan ritual naik ke puncak
gunung Gamalama untuk berziarah. (tentang ini akan dibahas dalam tersendiri
sedudah tulisan ini).
Tradisi ritual adat kololi kie ini,
jika dilihat dari sisi “route” yang dilalui,
maka terdapat dua jalur yang bisa dilalui, yaitu; melalui jalur laut
dan melalui jalur darat.
1). Melalui Jalur Laut,
(=Kololi kie toma ngolo).
Kendaraan yang dugunakan pada kegiatan
ritual adat kololi kie toma ngolo ini adalahperahu atau kapal ukuran
sedang. Saat ini biasanya menggunakan perahu atau kapal bermotor, sedangkan
pada jaman dahulu hal itu dilakukan dengan menggunakan perahu tanpa mesin,
yakni mendayung dengan tangan.
2). Melalui Jalur Darat,
(=Kololi kie toma nyiha / nyiho).
Kololi kie toma nyiha (sering
disebut juga nyiho) biasanya dilakukan dengan dua cara, yaitu;
dengan menggunakan kendaraan (mobil atau motor) dan
dengan berjalan kaki, tapi yang terakhir ini sudah jarang diklakukan lagi.
Jika dilihat dari aspek
“niat” atau “hajat” untuk melaksanakan ritual ini, maka ritual
adat kololi kie ini dibagi atas tiga kategori, yaitu ; niat atau hajat
perorangan, hajatan kelompok, dan hajatan besar dari pihak kesultanan.
1). Niat atau Hajatan Perorangan
Hajat perorangan biasanya
dilakukan oleh seseorang apabila mencapai apa yang dicita-citakannya tercapai,
maka ia ber-nazar akan melakukan ritual adat kololi kie ini sebagai
ungkapan rasa syukur atas apa yang telah diberikan oleh Allah SWT. Selain
melalui sholat, masyarakat tradisional Ternate juga menziarahi para leluhur mereka
yakni ke makam-makam dan keramat para sufi, para mubaligh dan tempat-tempat
yang dianggap “Jere” (makam keramat beberapa ulama tasawuf
Ternate jaman dahulu) yang dalam bahasa Ternate ulama tasawuf ini disapa “Joguru
Lamo” atau ’”Khalifah” yang makam keramatnya
tersebar di sekelilingi pulau ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar