Rabu, 02 April 2014

KEBUDAYAAN DAERAH MALUKU UTARA
KOLOLI KIE
Sumber : (http://ternate.wordpress.com/)

Setiap penduduk asli di pulau Ternate di Provinsi Maluku Utara pasti pernah mendengar dan tahu arti dari kata  “Kololi Kie” yaitu sebuah kegiatan ritual masyarakat tradisional untuk mengitari atau mengililingi gunung Gamalama sambil menziarahi beberapa makam keramat yang ada di sekeliling pulau kecil yg memiliki gunung berapi ini.


Sejarah KOLOLI KIE

Menurut sejarawan  terkenal Leonard Andaya (dalam Reid, 1993: 28-29), bahwa ancaman berupa bencana alam yang ditimbulkan oleh sebuah gunung berapi terkadang dapat melahirkan satu tradisi yang khas. Beberapa kawasan di Asia Tenggara, termasuk di daerah Maluku Utara, gunung terutama gunung berapi aktif dianggap sebagai representasi penguasa alam.
Oleh sebab itu, keberadaan gunung selalu dihormati dengan cara melakukan beberapa ritual tertentu. Sebuah gunung dianggap mewakili sosok yang mengagumkan sekaligus mengancam, sehingga diperlukan upacara penghormatan supaya keberadaannya menjamin ketentraman, keamanan, dan keberadaan masyarakat di sekitarnya. Demikian menurut Leonard Andaya.

Dalam perspektif ini, ritual adat kololi kie ini memiliki makna ganda selain merupakan tradisi yg selalu dilakukan leluhur jaman dahulu untuk menjiarahi beberapa tempat yang dianggap keramat juga merupakan upaya untuk menjauhkan masyarakat Ternate dari berbagai ancaman bencana dari gunung berapi Gamalama tersebut. Hal seperti ini juga terjadi di beberapa gunung di pulau Jawa, Sumatera dan tempat lain di nusantara ini.

Dalam perspektif ini, ritual adat kololi kie ini memiliki makna ganda selain merupakan tradisi yg selalu dilakukan leluhur jaman dahulu untuk menjiarahi beberapa tempat yang dianggap keramat juga merupakan upaya untuk menjauhkan masyarakat Ternate dari berbagai ancaman bencana dari gunung berapi Gamalama tersebut. Hal seperti ini juga terjadi di beberapa gunung di pulau Jawa, Sumatera dan tempat lain di nusantara ini.

Pulau Ternate jika dilihat dari aspek topografis, berbentuk bulat kerucut (strato vulkano) yang luasdiagonal pulau kecil ini dari arah utara ke selatan sepanjang 13 km dan dari arah barat ke timur sepanjang 11 km, dengan panjang bibir pantai keliling pulau kurang lebih 55 km dengan bentanganluas seluruh daratan pulau adalah 92,12 km2.
Dengan kondisi geografis demikian, maka sudah pasti bahwa jika kita mengelilingi “gunung Gamalama” haruslah dilakukan dengan mengelilingi pulau Ternate tersebut. Terdapat dua jalur untuk mengelilingi pulau kecil ini, yakni melalui jalur laut (kololi kie toma ngolo) dan atau melalui jalur darat (kololi kie toma nyiha). Gunung Gamalama merupakan satu-satunya gunung yang bertengger di pulau tersebut yang hingga saat ini masih merupakan gunung berapi aktif dengan ketinggian saat ini kurang lebih 1.730 m dari permukan laut

PENGERTIAN & MAKNA FILOSOFI
Secara etimologi, kata “Kololi Kie” berasal dari bahasa asli Ternate yakni gabungan dari dua kata, yaitu ; kata “” yang berarti keliling atau mengintari dan kata “kie” yang berarti gunung, pulau, darat atau juga berarti daratan. Jadi, pengertian kata Kololi Kie secara umum bermakna; kegiatan mengitari atau mengililingi pulau/gunung. Ada istilah lain yang mempunyai arti serupa yang juga populer di masyarakat Ternate terhadap kegiatan kololi kie ini, yaitu “Ron Gunung“.



Ritual kololi kie ini sudah dilakukan oleh masyarakat Ternate sejak ratusan tahun lalu. Ritual adat ini merupakan salah satu dari dua ritual tertua yangdianggap satu paket, yakni ritual “Fere Kie” yaitu kegiatan ritual naik ke puncak gunung Gamalama untuk berziarah. (tentang ini akan dibahas dalam tersendiri sedudah tulisan ini).
Tradisi ritual adat kololi kie ini, jika dilihat dari sisi “route” yang dilalui, maka terdapat dua jalur yang bisa dilalui, yaitu; melalui jalur laut dan melalui jalur darat.

1). Melalui Jalur Laut, (=Kololi kie toma ngolo).
Kendaraan yang dugunakan pada kegiatan ritual adat kololi kie toma ngolo ini adalahperahu atau kapal ukuran sedang. Saat ini biasanya menggunakan perahu atau kapal bermotor, sedangkan pada jaman dahulu hal itu dilakukan dengan menggunakan perahu tanpa mesin, yakni mendayung dengan tangan.
2). Melalui Jalur Darat, (=Kololi kie toma nyiha / nyiho).
Kololi kie toma nyiha (sering disebut juga nyiho) biasanya dilakukan dengan dua cara, yaitu; dengan menggunakan kendaraan (mobil atau motor) dan dengan berjalan kaki, tapi yang terakhir ini sudah jarang diklakukan lagi.
Jika dilihat dari aspek “niat” atau “hajat” untuk melaksanakan ritual ini, maka ritual adat kololi kie ini dibagi atas tiga kategori, yaitu ; niat atau hajat perorangan, hajatan kelompok, dan hajatan besar dari pihak kesultanan.
1). Niat atau Hajatan Perorangan


Hajat perorangan biasanya dilakukan oleh seseorang apabila mencapai apa yang dicita-citakannya tercapai, maka ia ber-nazar akan melakukan ritual adat kololi kie ini sebagai ungkapan rasa syukur atas apa yang telah diberikan oleh Allah SWT. Selain melalui sholat, masyarakat tradisional Ternate juga menziarahi para leluhur mereka yakni ke makam-makam dan keramat para sufi, para mubaligh dan tempat-tempat yang dianggap “Jere” (makam keramat beberapa ulama tasawuf Ternate jaman dahulu) yang dalam bahasa Ternate ulama tasawuf ini disapa “Joguru Lamo” atau ’”Khalifah” yang makam keramatnya tersebar di sekelilingi pulau ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar